Trenggiling Dicurigai Sebar Virus Corona

Rabu, 12 Februari 2020 - 16:52:30 WIB Cetak

Ilustrasi/Net

WARTAPOROS.COM - Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang virus corona baru asal Wuhan, Cina, yang kini mendapat nama COVID-19. Misalnya, dari mana virus itu berasal dan bagaimana virus itu menyebar.

Asal muasal virus itu, misalnya. Para ilmuwan di Cina saat ini memiliki dugaan baru bahwa trenggiling--mamalia pemakan semut--yang menjadi hewan perantara virus itu melompat ke manusia. Ini berbeda dengan dugaan atau temuan sebelumnya bahwa sampel virus corona misterius yang menginfeksi manusia memiliki rekombinan gen antara kelelawar dan ular.

Virus corona bisa menyebar di antara manusia biasanya setelah terjadi kontak si manusia dengan hewan yang membawa virus itu. Selama ini diketahui bahwa hewan yang menjadi inang alami dari virus-virus corona adalah kelelawar.

Loading...

Masalahnya, bangsa kelelawar dirasa tidak mungkin menularkan virusnya itu ke manusia secara langsung. Itulah dalam beberapa kasus infeksi virus corona, seperti SARS dan MERS, ada hewan perantara lain yang menjembatani virus hinggap ke manusia. Dalam wabah SARS, hewan itu telah diketahui adalah musang, sedang unta menolong jenis virus dari keluarga yang sama menyebarkan MERS.

Pada 7 Februari 2020, dua ilmuwan dari South China Agricultural University di Guangzhou, Shen Yongyi dan Xiao Lihua, mengumumkan dalam sebuah konferensi pers kalau mereka mengidentifikasi hewan perantara dalam kasus virus corona Wuhan--kini COVID-19--itu kemungkinan adalah trenggiling. "Trenggiling ditemukan sebagai perantara yang potensial dari virus corona di Cina Selatan," bunyi pernyataan keduanya.

Para ilmuwan sebelumnya menunjukkan kalau virus corona baru paling mirip dengan virus yang ada di kelelawar. Kesamaan genetiknya sebesar 88 persen yang membimbing kepada keyakinan bahwa mamalia nokturnal inilah yang membawa virus-virus mematikan itu.

Tapi temuan Shen Yongyi dan Xiao Lihua mendapati kemiripan yang jauh lebih tinggi dengan virus di trenggiling. Mereka menggunakan teknik sekuensing genom untuk membandingkan DNA virus corona baru pada manusia dengan yang ada di trenggiling dan menemukan kecocokan 99 persen. "Temuan terbaru ini bisa sangat membantu pencegahan dan pengendalian sumber virus," bunyi pernyataan South China Agricultural University.

Edward Holmes, ahli virus dari University of Sydney, Australia, menyebutnya sebagai observasi yang sangat menarik sekalipun hasil penelitian duo peneliti dari Guangzhou itu belum dibeberkan secara penuh. "Walaupun kita harus lihat lagi lebih detil, ini masuk akal kalau kini ada data yang muncul bahwa trenggiling membawa virus yang sangat mirip dengan 2019-nCoV," katanya kepada jurnal Nature.

David Robertson,virolog komputasi di University of Glasgow, Inggris, berpendapat senada. Sebelum ada konferensi pers dari Guangzhou, dia mengungkap kalau trenggiling juga kandidat hewan perantara COVID-19. Virus corona bahkan pernah ditemukan berada di balik kematian sejumlah Trenggiling malaya (Manis javanica) di Guangdong dalam sebuah studi yang dipublikasi tahun lalu.

Trenggiling adalah mamalia bersisik pemakan serangga dalam tanah semacam rayap dan semut. Di Cina, hewan ini sebenarnya dilindungi karena sudah berstatus terancam punah. Bila ditemukan memperjual belikannya bisa diancam penjara sepuluh tahun. Tapi, faktanya, perdagangan ilegalnya cukup ramai. Para peneliti melukiskannya, "Mamalia paling banyak diburu dan diperdagangkan di dunia."

Dalam pengobatan tradisional Cina, kulit trenggiling digunakan sebagai obat radang sendi, sakit mentruasi, dan perawatan kulit. Seperti yang diyakini terjadi pula di pasar tradisional di Wuhan, lokasi awal wabah virus corona, masyarakatnya juga menjual daging trenggiling dan menganggapnya sangat lezat.***





Baca Juga Topik #kesehatan+


Loading...
Tulis Komentar +

Berita Terkait+