Mengenang Tatang Koswara, Sniper Kelas Dunia yang Kebal Segala Bisa Ular dan Lihai Bertempur

Sabtu, 21 November 2020 - 22:26:06 WIB Cetak

Sniper Kelas Dunia, Tatang Koswara (Foto: Indonesia Tempo Dulu)

 

JAKARTA – Nama lengkapnya adalah Habib Abdurrahman. Namun dalam dunia militer Indonesia, ia lebih di kenal sebagai Tatang Koswara. Tatang yang akhirnya pesiun sebagai Peltu (Purn) TNI ini adalah salah satu penembak jitu atau sniper terbaik di dunia.

Dalam buku Sniper Training, Techniques and Weapons (2000) yang ditulis Peter Brookesmith, Tatang masuk 14 besar dalam urutan Sniper’s Roll of Honour di dunia. Tatang mencetak rekor 41 di bawah Philip G Morgan (5 TH SFG (A) MACV-SOG) dengan rekor 53, dan Tom Ferran (USMC) dengan rekor 41. Tatang memperoleh rekor tersebut dalam perang di Timor Timur (Tim-Tim, kini Timor Leste) pada 1977-1978.

Loading...

Deretan kisah hebat selama bertugas di Tim-Tim tetap terpatri sebagai kenangan yang membanggakan bagi sosok dari tanah Sunda ini. Di bawah komando Letnan Kolonel Edi Sudrajat, Tatang menjadi sniper yang masuk ke jantung pertahanan musuh di daerah Remexio, Lautem, Viqueque, Aileu, Becilau, dan Bobonaro.

Kebal segala bisa ular

Selain lihai dalam menembak, Tatang yang saat itu masih berpangkat Sersan Satu (Sertu), ternyata memiliki kekebalan terhadap segala jenis bisa ular. Hal terkuak saat ia bertempur bersama Letnan Ginting, seorang pengawal dari Kopassus di pegunungan Remexio, yang terletak sekitar 30 km dari kota Dili (Ibukota Timor Leste sekarang).

Kala itu untuk menghindari tembakan membabi buta dari pasukan ratusan pasukan Fretilin, ia dan Letnan Ginting bersembunyi di pinggir tebing curam yang penuh duri dan banyak ular.

Tapi untuk bertemu ular, tidak masalah bagi Tatang karena dirinya memiliki ilmu kebal semua bisa ular. Artinya ia bisa menyingkirkan ular itu dengan mudah tanpa harus membuat Ginting terganggu.

Penilaian Tatang ternyata tepat esok harinya posisi ketinggian yang disarankan Ginting untuk mengendap ternyata diperiksa patroli musuh yang jumlahnya ratusan.

Untuk memecah perhatian lawan Tatang lalu mengontak Kolonel Edi Sudrajat dengan radio agar pasukan TNI yang sedang berpatroli menyerang pasukan Fretilin itu dari sisi timur. Tak berapa lama tembakan gencar pun meletus dari arah timur dan kelompak pasukan Fretilin di depan Tatang mulai pecah perhatiannya.

Setelah melakukan perhitungan cermat bahwa musuh sudah berada di atas 300 meter jaraknya, Tatang pun mulai membidik dan satu persatu musuh potensial yang memegang senjata otomatis dengan senapan Winchester M-70 andalannya. Tembakan jitu Tatang, semuanya menghantam kepala musuh pada jarak tembak 300 hingga 600 meter.

Diam-diam Letnan Ginting meneropong sekaligus menghitung sasaran yang berhasil dijatuhkan dan sedikitnya 49 musuh berhasil dirobohkan.

Hasilnya, hari itu misi tempur sukses karena musuh melarikan diri. Dari 50 butir peluru yang dibawa Tatang tinggal satu butir peluru yang tetap dibawanya kembali menuju ke markas.

Kelabui musuh dengan sepatu terbalik

Tak cuma jago membidik lawan, ia juga pintar mengelabui musuh. Tatang menciptakan sepatu yang memiliki alas dalam posisi terbalik. Maklum Tatang berasal dari daerah Cibaduyut, Bandung yang terkenal dengan industri pembuatan sepatu.

Dengan sepatu yang alasnya sengaja diciptakan terbalik itu, jika Tatang sedang bergerak maju makan tapak kakinya justru bergerak ke arah sebaliknya.

Pernah ia dikejar-kejar lima personel pasukan musuh tapi mereka berhasil terkecoh. Tatang cukup melompat dan bersembunyi di semak, sementara para pengejar saya berlari-lari menuju arah yang berlawanan.

Di samping lihai bersembunyi, Tatang ternyata juga mahir melacak jejak. Khusus korban yang berhasil ditembak di kepala biasanya darah yang berceceran di tanah ada campuran warna putih karena berasal dari cairan otak. Sedangkan, jika darah berwarna merah dan jumlahnya banyak, korban biasanya kena di bagian dada.

Sang sniper legendaris tersebut telah berpulang pada 3 Maret 2015 silam akibat serangan jantung. Meski banyak berjasa dalam perang di Tim-Tim, ia selalu menekankan bahwa perjuangannya dalam perang di sana adalah demi tegaknya NKRI dan bukan untuk mencari pangkat dan penghargaan.

Tenang dan Bahagialah di surga abadi Pak Tatang. Namamu selalu terkenang dalam sejarah Indonesia!

 

Penulis Krisantus de Rosari Binsasi -30 Maret 2020.

Sumber : INDONESIA TEMPO DOELOE





Baca Juga Topik #selebritis+


Loading...
Tulis Komentar +

Berita Terkait+