DR. Elviriadi (Internet).
WARTAPOROS.COM-Pergantian Kepemimpinan Riau mulai Era Orde Baru sampai masa kini dipegang bapak Syamsuar menarik perhatian publik.
Sebagai Negeri Melayu, Gubernur Riau terpilih ditantang untuk menampilkan jati diri Melayu sebagai spirit pembangunan.
Menyingkapi hal itu, akademisi UIN Suska Riau Dr.Elviriadi, Minggu (19/7/2020) mengatakan dilihat dari dinamika pembangunan di Riau secara fisik biasa saja. Tapi ruh kemelayuan dan pembelaan kepada kaum miskin melayu pesisir masih lesu.
Sambung Ketua Bidang LH Parmusi itu menilai Gubernur Riau belum memperlihatkan Ghiroh (gairah) kemelayuaan. Visi kemelayuan dan perhatian pada gerak kebudayaan itulah kekuatan pembangunan Riau.
Lanjut Putra Selatpanjang itu menyarankan agar Gubernur Syamsuar mengambil 3 (tiga) langkah membangkitkan kelesuan alam melayu.
Pertama, Pak Syamsuar sudah saatnya me-narasikan Budaya Melayu sebagai pilar pembangunan Riau.
Kedua, merajut kembali hubungan dengan Malaysia dan Singapura melalui kerjasama Budaya dan Ekonomi seperti yang telah dirintis Bang Rusli Zainal.
"Kekuatan Riau ini ada pada jalinan dunia melayu secara horizontal ke negara tetangga. Bukan vertikal ke tanah jawa, " ucap aktivis KAHMI Nasional itu.
Ketiga, Gubernur Syamsuar perlu membangun politik berjati diri melayu.
"Jati diri melayu memang halus budi dan santun. Tetapi pemberani, patriotik, dan fundamentalisme intelektual. Jangan terkesan, pemimpin negeri Riau ini seperti pengikut fanatik pemerintah pusat," terangnya.
Elviriadi menambahkan, sejarah kegemilangan Riau ini memancar dari tradisi intelektual Rusydiah Club.
"Jika Pak Syamsuar mau dikenang, bangkitkanlah kegemilangan ilmu ala Rusydiah Club. Tradisi ilmu akan merecupkan gagasan, melahirkan keberanian, mengangkat orang melayu dari kemiskinan.
"Tapi kalau nak jadi birokrat tulen yang gamang pada Jakarta, alamat tergadai kampung kite ni. Lantak mike lah," pungkas peneliti yang istiqamah gunduli kepala demi nasib hutan.**